You Are Beautiful, Right!
You Are Beautiful, Right!
Yoon
Sa Shi
Kim Namjoon aka Rapmon (BTS), Geum Gi
(You/OC)
AU, Life, Romance, Friendship
One Shoot
Typo,
OOC
Summary :
“Siapa bilang ini surat cinta? Ini lirik lagu, lirik lagu!”
~ Happy Reading ~
“Geum Gi-ya! Cepatlah sedikit!
Sekarang pukul 06.40!” Laki-laki tinggi bak tiang listrik itu berlari
mendahului gadis yang juga tengah berlari di belakangnya. Laki-laki yang
memakai seragam sekolah rapi itu mengecek kembali jam tangannya lalu menghela
nafas panjang. Jangan begini, kumohon! Kita sudah telat untuk ketiga kalinya,
tidak mungkin ditambah satu lagi!
“Aku sudah
mengeluarkan semua tenagaku!” Gadis berambut panjang sebahu itu berusaha
mati-matian mengejar laki-laki yang selama 9 tahun ini berstatus sebagai
tetangga sekaligus teman dekatnya.
Akhirnya gadis itu berhasil mengejar sahabat sekaligus musuhnya itu sampai
di depan gerbang sekolah.
“Kau ini, untung
saja kita tidak terlambat!” Namjoon mengacak rambutnya sendiri dengan frustasi lalu
berjalan menuju ruang kelas dengan gadis berpipi tembam yang tersenyum-senyum
malu di belakangnya.
“Yang penting
kita tidak terlambat kan?”
“Terserah kau
saja!”
&&&&
“Woah! Geum Gi-ya, bagi sedikit
kentang itu untukku!” Namjoon berusaha mengambil beberapa potong kentang goreng
di mangkuk yang di rangkul Geum Gi. Gadis manis itu sontak menyingkirkan
kentang miliknya dari tangan jahil laki-laki itu.
Pulang sekolah
Namjoon selalu bermain ke rumah Geum Gi, karena rumah mereka yang bersebelahan.
Meskipun hanya sekedar bermain kartu, bercerita, dan saling mengejek satu sama
lain.
“Kau bisa
semakin gendut kalau makan terus!” timpal Namjoon.
“Kenapa?
Memangnya tidak boleh?” Geum Gi menjulurkan lidahnya. Dia masih memakan kentangnya
dengan lahap. Sedangkan Namjoon sudah dibuat ngiler dengan aroma kentang goreng
itu. Harus pakai cara lain agar gadis itu mau berbagi.
“Kentang itu
mengandung karbohidrat tinggi. Kau tidak malu, saat kita beli ice cream di toko
dan bertemu Nyonya Shin?” ini senjata pamungkas Namjoon. Laki-laki ini
mengingatkan Geum Gi tentang kejadian saat mereka pulang sekolah barusan.
Mereka secara kebetulan
berpapasan dengan nyonya Shin (Tetangga jauh yang kenal dengan Geum Gi dan
Namjoon, tapi sudah lama tidak bertemu). Ketika bertemu dengan beliau, tentu
saja Geum Gi dan Namjoon menyapanya.
“Selamat siang
Nyonya Shin!” sapa Namjoon dan Geum Gi ramah. Mereka membungkuk sopan.
“Omo, selamat
siang!” Nyonya Shin melambaikan tangannya. “Kalian manis sekali!”
“Ya ampun,
Namjoon-ah, kau tambah tinggi dan hebat saja. Tinggimu melebihi tinggiku.
Mungkin kau bisa membantuku memasangkan bola lampu di rumah?” Bibi itu tertawa
renyah. Namjoon ikut tertawa.
“Ini pasti Geum
Gi-ya! Pipimu semakin tembam, gemas melihatmu!” Nyonya Shin beralih pada Geum
Gi lalu mencubit gadis itu, “lama tidak bertemu kau semakin gendut saja, banyak
lah olahraga. Jadilah seperti Namjoon. Badan Namjoon-ah saja bagus begini.”
Apa katanya? Dia
memintanya untuk punya badan seperti Namjoon? Dia perempuan, sedangkan Namjoon
laki-laki. Menguruskan badan itu tidak semudah membalikkan ikan di panggangan.
Bahkan membalikkan ikan di panggangan saja masih susah.
Namjoon
tertawa-tawa ketika melihat Geum Gi memanyunkan bibirnya dengan mulut penuh
kentang goreng ketika mengingat kejadian tadi.
“Aku yang
gendut tapi kenapa dia yang ribut?” Geum Gi kesal. Bagaimana bisa orang-orang
yang lama tidak bertemu dengannya langsung menimpalinya dengan kata-kata yang
menyakitkan dan tidak sopan itu.
“Makanya, sudah
tahu begitu kenapa masih makan?” Namjoon mencubit pipi Geum Gi dan berhasil
mencakup kentang goreng di mangkuk.
“Yak! Dasar
perusak!” umpat Geum Gi.
“Apa kau
bilang?” Namjoon menoleh seketika.
“Aku bilang,
kau itu si tangan yang suka merusak semuanya.” Geum Gi mengulang perkataannya.
Membalas si Namjoon yang asal ceplas-ceplos.
“Awas kau Geum
Gi!” raung Namjoon.
&&&&
“Joon! Namjoon-ah!” pagi-pagi sekali
pintu kamar laki-laki itu sudah digedor-gedor. Apalagi ditambah suara yang membuat
telinganya mau pecah. “Namjoon-ah! Ireona! Palli!”
Oke,
kesabarannya habis.
“Geum Gi-ya!
Berhentilah berteriak-teriak!” Namjoon membuka pintu kamarnya dengan
marah-marah. Geum Gi justru menaham tawa dengan tangan yang menutupi matanya.
“Kenapa?” tanya
Namjoon ketus. Gadis itu tentu saja tertawa. Dia menertawakan penampilan
Namjoon yang baru saja bangun tidur. Cowok itu memakai kaos abu-abu dengan
boxer bergambar bintang-bintang, rambutnya amburadul. Air liurnya bahkan masih
membekas di sudut bibirnya.
“Cepatlah mandi
dan berangkat sekolah!” tukas Geum Gi.
“Hah?”
Laki-laki itu tidak mengerti.
“Aku sadar
kalau aku harus segera olahraga sebelum menyesal.” Gadis itu mengedipkan
sebelah matanya. Begitu yakin dengan tekadnya hari ini.
&&&&
“Kenapa...” Gadis itu menghirup nafas lagi, “kenapa aku begitu
tersiksa melakukan ini?”
“Geum Gi-ya!”
Namjoon melambai dari kejauhan. Lagi-lagi anak itu berlari mendahuluinya.”kau
harus bersungguh-sungguh. Kalau tidak, impianmu tidak akan tercapai!”
“Iya, aku
tahu!” Gadis itu balas berteriak. Dia membenarkan langkah kakinya dan kembali
mengumpulkan tenaga. Dieratkan tas ransel di punggungya. Memilih berjalan kaki
untuk berangkat sekolah adalah awal yang bagus untuk diet. Geum Gi kembali
berlari. Meskipun nafasnya tersenggal-senggal dan keringat banyak mengalir dari
dahinya, setidaknya sebentar lagi dia dapat menyusul Namjoon yang jongging di
depan tidak jauh darinya.
“Joon!” Gadis
itu memanggildan berhenti ketika sampai di tengah perempatan jalan, ketika
Namjoon menoleh kebelakang. Hal yang tak terduga terjadi.
BRUAK! GABRUK!
“Geum Gi-ya!”
Namjoon berlari dengan kelabakan menghampiri gadis yang sudah jatuh terduduk
dengan siku yang menyangga punggungnya agar tidak benar-benar menyentuh tanah.
Sepeda motor
dengan pengemudi yang memakai helm itu terlihat panik, dia dan motornya juga
jatuh. Pengemudi itu berlari kearah motornya yang terkapar dan mengendarainya
kembali dengan ugal-ugalan. Ini adalah peristiwa tabrak lari yang tidak
terduga.
“Geum Gi-ya,
kau tidak apa-apa?” Namjoon terlihat khawatir. Gadis itu meringis kesakitan.
Namjoon menoleh pada sepeda motor dan pengendara yang sudah semakin jauh
menghilang di gang.
“Pengendara amatir.”
gumam Namjoon lalu kembali beralih pada Geum Gi.
&&&&
“Namjoon-ah.” panggil gadis itu, “kau
tidak apa-apa?” Gadis itu sekarang bertanya.
Tanpa menoleh,
Namjoon menjawab pertanyaan gadis itu dengan pertanyaan balik. “kenapa
bertanya? harusnya aku yang bertanya begitu.”
“Aku baik-baik
saja. Sikuku cuma lecet. Tapi, kau....” Geum Gi sulit melanjutkan kalimatnya,
“kau tidak perlu sampai menggendongku. Aku kan berat.”
Namjoon
membelalakkan mata, “siapa bilang kau berat? Badanmu itu tidak terlalu gendut.
Olahraga sedikit-sedikit dengan teratur akan membuatmu kurus kembali.” celoteh
Namjoon begitu saja. Mulutnya reflek mengatakan kalimat tadi.
“Selama ini kau
bilang kalau aku gendut? Jadi, sebenarnya aku tidak terlalu gendut?” kata Geum
Gi dengan antusias. Entah kenapa cuping telinga Namjoon memerah, laki-laki itu
dengan cepat menolehkan wajahnya kembali ke depan.
“Kau jangan
senang dulu. Olahragalah dengan baik mulai dari sekarang!”
“Baik!” seru
Geum Gi dengan bersemangat. Mengeratkan tangannyayang melingkartanpa sadar di
pundak Namjoon. Laki-laki itu terkejut.
“Kau
mencekikku!”
&&&&
“Apa yang akan kita beli hari ini?
Ice Cream? Popcorn? Hamburger? Kau mau apa?” Namjoon melihat-lihat barisan
kafe, gerobak dorong yang menyediakan makanan ringan, dan mobil penjual es
krim.
“Tidak, terima
kasih.”
Namjoon menoleh
seketika. Keajaiban apa ini? Biasanya setiap pulang sekolah, gadis ini selalu
minta dibelikan makanan yang manis-manis.
“Kau yakin?”
Geum Gi
mengangguk, “aku tidak mau semua itu.”
Namjoon menelan
ludah. Dia menyimpan kembali dompetnya. Padahal dia ingin makan jagung manis,
tapi dia mengurungkan keinginannya karena Geum Gi yang sepertinya benar-benar
bersungguh-sungguh untuk diet.
“Aku sekarang
akan berusaha dengan sekuat tenagaku. Aku tidak hanya akan jadi langsing, tapi
juga akan jadi cantik! Semua laki-laki akan mengemis cinta padaku!” ujar Geum
Gi dengan percaya dirinya. Gadis itu tertawa seperti bajak laut.
“Apanya yang
cantik? Kau ini perempuan tomboy yang minus 100% bisa jadi feminin!”
“Apa kau
bilang? Lihat saja nanti!” Geum Gi menendang kaki Namjoon.
“Kau itu sudah
cantik, kau juga punya inner beauty yang kuat!” kata
Namjoon sambil mengepalkan tangannya, menganggambarkan kata ‘kuat’.
“Aku cantik?”
Geum Gi menatap Namjoon tidak percaya.
Tiba-tiba
Namjoon diam, lalu dalam hati merutuki mulutnya yang bicara dengan lancarnya
tanpa berpikir. Akhir-akhir ini pikiran dan mulutnya sering tidak sinkron satu
sama lain.
“Bu-bukan aku
yang bilang! Temanku, temanku yang bilang begitu.”
“Temanmu?” Geum
Gi tertawa-tawa sendiri, “temanmu itu pasti orang yang luar biasa, seperti apa
dia? Bagaimana wajahnya?”
Namjoon
menghela nafas panjang lalu tersenyum percaya diri yang memperlihatkan lesung
pipitnya. “yang jelas, dia sangat keren. Juga sangat tampan. Pintar membuat
lagu, juga nge-rapp. Dia sangat menyukaimu, kau tahu?”
“Yoongi-Oppa?”
“Apa? Kenapa
bisa dia?” Namjoon melebarkan matanya ketika Geum Gi menyebutkan nama senior
yang juga satu anggota seni musik yang sama dengannya. Apa hubungannya dengan
senior yang suka se’enaknya dan acuh itu?
“Kau bilang dia
orang yang keren, pintar membuat lagu, pintar nge-rapp. Itu pasti Yoongi-oppa
kan?” lihatlah wajah polosnya. Apa-apa’an dengan tebakannyayang 180ºmelenceng
itu?
“Yak! Bukan
dia, tapi ak-“
“Ak?Ak? Siapa?”
Gadis itu terus bertanya dan mendekat padanya.
Cuping telinga
Namjoon kembali memerah, bola matanya ke kanan dan ke kiri mencoba mencari
jawaban lain. “Bodoh! Itu Ahjussi yang tinggal di rumah sebelah!” Laki-laki itu
mendorong dahi Geum Gi dengan telunjuknya lalu memasang wajah datar. Namjoon
menyaku kedua tangannya dan berjalan mendahului begitu saja.
“Ahjussi?
Namjoon-ah! Kau mempermainkanku hah?!”
&&&&
“Namjoon-ah!” seru Geum Gi dengan
suara yang kelewat keras tepat di telinga Namjoon. Laki-laki itu begitu
terkejut dan kelabakan menyembunyikan secarik kertas yang sedang di tulisnya. Geum
Gi hapal betul kalau Namjoon suka menulis di tangga gudang bawah tanah rumah
Namjoon sendiri. Jadi, kalau laki-laki itu menghilang, dia pasti ada di sana.
“Aish! Kau bisa
membuatku mati muda, kau tahu!” pekik Namjoon tidak habis pikir. Laki-laki itu
mengusap telinganya. Gendang telinganya serasa mau jebol.
“Apa yang kau
tulis?” Geum Gi berusaha mengambil kertas yang disembunyikan Namjoon. Gadis itu
berhasil melihat kertas yang tidak berhasil disenyembunyikan dengan baik oleh
Namjoon. Ujung kertasnya terlihat diantara halaman buku. Namjoon mencoba
menghindarkan kertasnya dari tangan Geum Gi.
“Surat cinta?
Kau menulis surat cinta? Untuk siapa?” tanya Geum Gi dengan tidak sabaran, mata
gadis itu membulat.
“Siapa bilang
ini surat cinta? Ini lirik lagu, lirik lagu!”
“Lirik lagu?
Kalau itu lirik lagu, kenapa kau menyembunyikannya dariku?” tanya Geum Gi lagi.
“Berhentilah
bertanya! Kau itu sama sekali tidak tahu soal lagu! Yang kau itu makanan!”
Namjoon berdiri dan menaiki tangga. Geum Gi memiring kan kepalanya tidak habis
pikir.
Namjoon memasukkan kertas dan
bukunya ke laci meja belajar di kamarnya lalu menguncinya. Hampir saja gadis
itu tahu. Kalau saja dia itu tahu, mungkin Namjoon tidak akan berani
menampakkan wajahnya lagi pada sahabatnya itu. Padahal dia tidak bisa barang
sehari saja tidak mencubit pipi gadis itu.
“Yaish! Ini
membuatku gila!”
Pagi-pagi buta,
pintu kamarnya sudah mengeluarkan suara yang memekakkan telinga. Suara teriakan
samar-samar terdengar dari balik pintu. Bukan suara ibunya. Bukan juga suara
adik perempuannya.
“Siapa?”
Namjoon menggaruk kepala lalu menguap lebar-lebar sambil membuka pintu kamar.
“Se-La-Mat
Pa-Gi!” Gadis berkulit pucat itu sudah berdiri di depan pintu kamarnya dengan
senyum manis. Rambut gadis itu yang biasanya di biarkan tergerai, kini diikat
ekor kuda. Dia juga sudah memakai baju dan celana panjang training serta sepatu
kets hijau. Sontak Namjoon langsung menutup mulutnya yang menguap kelewat lebar
itu.
“Apa mau mu?”
“Jangan dingin
begitu! Ayo kita olah raga! Kajja!” Geum Gi melemparkan handuk yang di dalamnya
sudah ada pakaian yang di siapkan ibu Namjoon dan Geum Gi sendiri. Niatnya agar
tidak buang-buang waktu.
“Apa ini?”
Namjoon mengintip sedikit isi gumpalan handuk itu. Dia melotot. “Oh God! Ini juga
ada celana dal-“ tapi Geum Gi sudah mendorong Namjoon agar cepat-cepat mandi.
“Sudah, sudah,
kau akan menyukai pakaian yang kupilihkan. Jadi tenang saja!” Geum Gi memainkan
alisnya. Namjoon menggigit gigi-giginya sendiri sambil tetap melotot horor dan
menutup pintu kamarnya hingga muncul bunyi berdebam. Dari dalam kamar Namjoon,
terdengar laki-laki itu berteriak merutuki Geum Gi. Dia pasti sudah membuka isi
handuk itu.
“Apa ini semua?!
Geum Gi, Micheo seo!”
&&&&
“Jangan cemberut begitu!” Geum Gi menyenggol
lengan Namjoon yang sedang berlari di sebelahnya. Harusnya sekarang di hari
Minggu dia bisa tidur sampai siang dan bukannya bersusah-susah membuang
keringat hanya untuk menemani gadis ini berolah raga.
“Aku tahu yang
kau pikirkan. Kau bisa mati kalau tidur terus! Lebih baik berolahraga kan?”
“Kau peramal,
huh?” Namjoon tersenyum kecut. Dia menaikkan headband di kepalanya. Lari pagi
memang luar biasa. Hari Minggu banyak orang yang menyempatkan diri hanya untuk
sekedar berlari pagi.
“Kita istirahat sebentar!” Seru Geum Gi dengan nafas sesak.
Gadis itu menghampiri bangku terdekat di bawah pohon di taman itu.
“Ini baru 25
menit, kau sudah menyerah?” kata Namjoon yang berdiri di depan Geum Gi dan
sedang belari-lari kecil di tempat.
“Aku sedang
mengumpulkan tenaga, bukan menyerah!” Geum Gi mengancam akan melempar kepala
laki-laki itu dengan botol berisi air mineral yang dibelinya tadi di jalan.
“Mianhae.” kata
Namjoon dengan senyum sok manis.
Geum Gi
menyodorkan botol itu dengan maksut agar Namjoon membukakan tutup botolnya.
Tangannya terlalu lemah hanya untuk membuka botol air yang masih tersegel.
Namjoon mendengus, tapi pada akhirnya tetap membukakannya juga.
“Kau ini,
membuka tutup saja masih harus kubukakan.” oceh Namjoon sambil membuka tutup
yang lumayan susah untuk dibuka. “omo, kenapa ini? Susah sekali. Kenapa
tutupnya keras sekali? Macet?”
“Susah kan?”
tanya Geum Gi membalas ejekan Namjoon padanya. “Apakah murid terpandai di kelas
dengan IQ di atas rata-rata bahkan tidak bisa membukanya?”
“Terus saja kau
begitu!” ketus Namjoon.
Crek! Tutup
berhasil dibuka! Tapi sialnya....
“NAMJOON-AH! Buka
tutup yang benar! Airnya muncrat kemana-mana!”
“Aigooo!!! Aku
terlalu keras membukanya!” Namjoon menjauhkan botol air mineral dari badannya.
Tadi
benar-benar kejadian yang luar biasa. Karena Namjoon tanpa sadar meremas botol
air mineral ketika berusaha membuka tutup botol yang keras, sehingga air di
dalam botol menyembur keluar saat tutup berhasil terbuka. Jadilah semburan air
mancur dari botol tersebut. Namjoon memang ceroboh. (Namanya juga the God of
Destruction -__-“)
“Airnya jadi
setengah kosong.” Geum Gi menatap botol air mineral yang dipegang Namjoon
dengan nanar. Isi airnya hampir habis dan terbuang percuma.
“Yah, aku
basah.” Namjoon menoleh pada pakaian atasannya yang basah. Laki-laki itu
membuang botol itu ke tempat sampah di samping bangku yang diduduki Geum Gi.
Namjoon duduk di samping gadis itu dan melepas atasan lengan panjangnya.
“A-apa yang kau
lakukan? Kenapa kau melepas pakaianmu di depanku?” Geum Gi mengalihkan
pandangannya ketika Namjoon membuka bajunya.
“Kenapa?
Pakaianku basah.”
“Tapi tidak
seharusnya kau melakukan itu, kita bisa pulang dan mengganti pakaianmu.” Geum
Gi tidak berani menoleh.
“Maksutmu apa?
Pakaianku masih pakai kering. Kenapa harus pulang?”
Geum Gi
memberanikan menoleh pada Namjoon. Tiba-tiba ekspresinya jadi datar.
“Wae? Kau pikir
aku akan mempermalukan diriku dengan melepas pakaianku?” Namjoon menaikkan
sebelah alisnya. Gadis ini aneh sekali. Sebelum Namjoon berangkat, dia sudah merangkap
pakaiannya dengan kaos.
“Tunggu di
sini. Akan kubelikan air.” Namjoon pergi begitu saja untuk membeli air dan
meninggalkan Geum Gi sendirian. Gadis itu memperhatikan pakaian Namjoon,
melipat pakaian milik sahabatnya bukan masalah kan?
“Aish, bau
keringat.” Geum Gi memicingkan matanya. Meskipun begitu, pakaian Namjoon masih
terdapat aroma parfum, entah kenapa dia suka sekali bau aroma parfum yang
dipakai laki-laki ini. Dia menemukan sesuatu di saku pakaian Namjoon. Sebuah
surat? Mungkinkah ini surat cinta yang ditulis Namjoon kemarin? Dia
bertanya-tanya untuk siapa. Tanpa permisi dia membuka amplop surat berwarna
biru itu, disudut-sudutnya sedikit basah terkena keringat Namjoon.
“Jorok sekali,
inikah yang namanya surat cinta? Perempuan yang kau sukai akan langsung
menolakmu.” Geum Gi membaca surat itu dengan penasaran namun juga hati-hati
karena takut ketahuan Namjoon. Laki-laki itu bisa mengamuk. Mata gadis itu
melebar. Tanpa sadar dia menahan napas ketika membaca surat itu. Makin lama,
jantungnya berdetak tidak beraturan.
Dear You....
Aku tidak tahu
harus mulai dari mana untul menulis ini, yang jelas
aku tidak pandai menulis surat.
Karena menulis surat dan menulis lagu sangat berbeda.
Kau tahu, setiap hari suaramu juga tingkahmu selalu membuatku ingin marah.
Tapi sejujurnya aku tidak bisa marah.
Aku bahkan menunggumu untuk mengangguku. Dan satu lagi.
Kau tidak perlu bersusah payah untuk jadi cantik.
Kau juga tidak perlu menyakiti dirimu sendiri untuk jadi langsing.
Karena menurutku kau sudah sangat cantik.
Aku tidak masalah dengan berat badanmu. Kau ingat,
saat aku menggendongmu?
Aku bahkan tidak merasakan apapun, karena aku terlalu gugup.
Aku terlalu senang menjadi seseorang yang dapat kau andalkan.
Maka dari itu Geum Gi-ya, jadilah dirimu sendiri.
Karena aku menyukaimu yang apa adanya.
aku tidak pandai menulis surat.
Karena menulis surat dan menulis lagu sangat berbeda.
Kau tahu, setiap hari suaramu juga tingkahmu selalu membuatku ingin marah.
Tapi sejujurnya aku tidak bisa marah.
Aku bahkan menunggumu untuk mengangguku. Dan satu lagi.
Kau tidak perlu bersusah payah untuk jadi cantik.
Kau juga tidak perlu menyakiti dirimu sendiri untuk jadi langsing.
Karena menurutku kau sudah sangat cantik.
Aku tidak masalah dengan berat badanmu. Kau ingat,
saat aku menggendongmu?
Aku bahkan tidak merasakan apapun, karena aku terlalu gugup.
Aku terlalu senang menjadi seseorang yang dapat kau andalkan.
Maka dari itu Geum Gi-ya, jadilah dirimu sendiri.
Karena aku menyukaimu yang apa adanya.
~Kim Namjoon,
si Tangan Perusak.~
“Geum Gi-ya, air mineral datang!”
‘Karena aku
menyukaimu apa adanya’. Geum Gi menoleh pada Namjoon dengan tatapan kosong.
Kalimat terakhir dalam surat itu terngiang di kepalanya.
“Geum
Gi-ya....” Namjoon menatap Geum Gi dengan tidak mengerti. Gadis itu menatapnya
dengan tatapan kosong, gadis itu juga tampak sedang membaca sebuah surat.
Tunggu, surat? Surat itu. Oh Tidak!
Namjoon
mendekat, dia gelagapan dan tiba-tiba menjadi bingung sendiri. Laki-laki itu
menaruh air yang dibelinya di bangku dengan tidak perduli, karena harus ada
yang lebih diperdulikan sekarang. Namjoon berjongkok di hadapan Geum Gi,
tangannya menggenggam tangan Geum Gi dengan bergetar dan dengan wajah
ketakutan. Tapi Geum Gi tetap menatapnya dengan tatapan kosong, seolah
menyimpan berbagai pertanyaan.
“Geum Gi-ya,
aku bisa jelaskan. Ini mungkin terlambat karena kau sudah membacanya. Aku tidak
tahu harus melakukan apa lagi. Aku bisa gila karena terus menyimpan semuanya.
Tapi aku juga tidak mau persahabatan kita berakhir dan kau jadi menjahuiku
hanya karena aku menulis surat ini untukmu. Tapi aku, aku sama sekali....”
“Namjoon-ah....”
suara pelan Geum Gi lansung menghentikan rentetan kalimat yang Namjoon ucapkan.
Laki-laki itu masih menatapnya dengan khawatir.
“Namjoon-ah,
gomawo....”
“Apa?”
“Jeongmal
gomawo eoh!” Geum Gi langsung membuka tangannya dan memeluk laki-laki yang sama
sekali tidak tahu dengan apa yang terjadi pada Geum Gi.
“Geum Gi-ya,
gwenchana?” Namjoon menepuk-nepuk punggung Geum Gi yang naik turun. Gadis ini
menangis. Karena Geum Gi yang memeluknya dengan tiba-tiba, Namjoon yang
berjongkok di hadapan Geum Gi tidak mampu menahan keseimbangan dan membuat
mereka sama-sama terjatuh di rerumputan taman. Geum Gi terus menangis dan
menyembunyikan wajahnya di dada Namjoon.
“Aku
benar-benar terharu dan juga sangat senang hingga aku menangis.” kata Geum Gi
dengan tidak jelas karena terisak. Namjoon justru tertawa. Geum Gi sangat lucu meskipun menangis dan
juga suaranya yang aneh karena sesenggukan.
“Aku mengerti.”
Namjoon tersenyum dan mengusap rambut Geum Gi dengan gemas.
&&&&
“Apa yang terjadi dengan kalian?
Kalian rukun sekali.” Adik perempuan Namjoon menimpali ketika Geum Gi dan
Namjoon baru saja sampai di rumah. Geum Gi dengan wajah yang memerah dan mata
sembab karena sehabis menangis dan Namjoon dengan rambut yang berantakan dengan
beberapa rumput tersangkut dirambutnya karena jatuh tadi.
“Tidak ada yang
terjadi dengan kami.” Namjoon berjalan menuju lemari es, sedangkan Geum Gi
pergi dan duduk di samping adik perempuan Namjoon di ruang makan.
“Apakah setiap
hari mereka pulang dengan bergandengan tangan?” gumam adik perempuan Kim
Namjoon yang bertanya-tanya pada diri sendiri.
~FIN~
Terima kasih
buat yang udah baca. Gomawo! #SalambarengRapmon. Coment ya....
Hai yoon sha si. Good job! Mending kamu buatnya di kasih bold, kata cetak miring, agar lebih errrhhh.
BalasHapusBye
okee... thanks saran-nya Hani Fafah
Hapus