Minggu, 31 Januari 2016

You Are Beautiful, Right!

You Are Beautiful, Right!




You Are Beautiful, Right!
Yoon Sa Shi
Kim Namjoon aka Rapmon (BTS), Geum Gi (You/OC)
AU, Life, Romance, Friendship
One Shoot
Typo, OOC


Summary : “Siapa bilang ini surat cinta? Ini lirik lagu, lirik lagu!”

~ Happy Reading ~

            “Geum Gi-ya! Cepatlah sedikit! Sekarang pukul 06.40!” Laki-laki tinggi bak tiang listrik itu berlari mendahului gadis yang juga tengah berlari di belakangnya. Laki-laki yang memakai seragam sekolah rapi itu mengecek kembali jam tangannya lalu menghela nafas panjang. Jangan begini, kumohon! Kita sudah telat untuk ketiga kalinya, tidak mungkin ditambah satu lagi!
“Aku sudah mengeluarkan semua tenagaku!” Gadis berambut panjang sebahu itu berusaha mati-matian mengejar laki-laki yang selama 9 tahun ini berstatus sebagai tetangga sekaligus teman dekatnya.  Akhirnya gadis itu berhasil mengejar sahabat sekaligus musuhnya itu sampai di depan gerbang sekolah.
“Kau ini, untung saja kita tidak terlambat!” Namjoon mengacak rambutnya sendiri dengan frustasi lalu berjalan menuju ruang kelas dengan gadis berpipi tembam yang tersenyum-senyum malu di belakangnya.
“Yang penting kita tidak terlambat kan?”
“Terserah kau saja!”

&&&&

            “Woah! Geum Gi-ya, bagi sedikit kentang itu untukku!” Namjoon berusaha mengambil beberapa potong kentang goreng di mangkuk yang di rangkul Geum Gi. Gadis manis itu sontak menyingkirkan kentang miliknya dari tangan jahil laki-laki itu.
Pulang sekolah Namjoon selalu bermain ke rumah Geum Gi, karena rumah mereka yang bersebelahan. Meskipun hanya sekedar bermain kartu, bercerita, dan saling mengejek satu sama lain.
“Kau bisa semakin gendut kalau makan terus!” timpal Namjoon.
“Kenapa? Memangnya tidak boleh?” Geum Gi menjulurkan lidahnya. Dia masih memakan kentangnya dengan lahap. Sedangkan Namjoon sudah dibuat ngiler dengan aroma kentang goreng itu. Harus pakai cara lain agar gadis itu mau berbagi.
“Kentang itu mengandung karbohidrat tinggi. Kau tidak malu, saat kita beli ice cream di toko dan bertemu Nyonya Shin?” ini senjata pamungkas Namjoon. Laki-laki ini mengingatkan Geum Gi tentang kejadian saat mereka pulang sekolah barusan.
Mereka secara kebetulan berpapasan dengan nyonya Shin (Tetangga jauh yang kenal dengan Geum Gi dan Namjoon, tapi sudah lama tidak bertemu). Ketika bertemu dengan beliau, tentu saja Geum Gi dan Namjoon menyapanya.
“Selamat siang Nyonya Shin!” sapa Namjoon dan Geum Gi ramah. Mereka membungkuk sopan.
“Omo, selamat siang!” Nyonya Shin melambaikan tangannya. “Kalian manis sekali!”
“Ya ampun, Namjoon-ah, kau tambah tinggi dan hebat saja. Tinggimu melebihi tinggiku. Mungkin kau bisa membantuku memasangkan bola lampu di rumah?” Bibi itu tertawa renyah. Namjoon ikut tertawa.
“Ini pasti Geum Gi-ya! Pipimu semakin tembam, gemas melihatmu!” Nyonya Shin beralih pada Geum Gi lalu mencubit gadis itu, “lama tidak bertemu kau semakin gendut saja, banyak lah olahraga. Jadilah seperti Namjoon. Badan Namjoon-ah saja bagus begini.”
Apa katanya? Dia memintanya untuk punya badan seperti Namjoon? Dia perempuan, sedangkan Namjoon laki-laki. Menguruskan badan itu tidak semudah membalikkan ikan di panggangan. Bahkan membalikkan ikan di panggangan saja masih susah.
Namjoon tertawa-tawa ketika melihat Geum Gi memanyunkan bibirnya dengan mulut penuh kentang goreng ketika mengingat kejadian tadi.
“Aku yang gendut tapi kenapa dia yang ribut?” Geum Gi kesal. Bagaimana bisa orang-orang yang lama tidak bertemu dengannya langsung menimpalinya dengan kata-kata yang menyakitkan dan tidak sopan itu.
“Makanya, sudah tahu begitu kenapa masih makan?” Namjoon mencubit pipi Geum Gi dan berhasil mencakup kentang goreng di mangkuk.
“Yak! Dasar perusak!” umpat Geum Gi.
“Apa kau bilang?” Namjoon menoleh seketika.
“Aku bilang, kau itu si tangan yang suka merusak semuanya.” Geum Gi mengulang perkataannya. Membalas si Namjoon yang asal ceplas-ceplos.
“Awas kau Geum Gi!” raung Namjoon.

&&&&

            “Joon! Namjoon-ah!” pagi-pagi sekali pintu kamar laki-laki itu sudah digedor-gedor. Apalagi ditambah suara yang membuat telinganya mau pecah. “Namjoon-ah! Ireona! Palli!”
Oke, kesabarannya habis.
“Geum Gi-ya! Berhentilah berteriak-teriak!” Namjoon membuka pintu kamarnya dengan marah-marah. Geum Gi justru menaham tawa dengan tangan yang menutupi matanya.
“Kenapa?” tanya Namjoon ketus. Gadis itu tentu saja tertawa. Dia menertawakan penampilan Namjoon yang baru saja bangun tidur. Cowok itu memakai kaos abu-abu dengan boxer bergambar bintang-bintang, rambutnya amburadul. Air liurnya bahkan masih membekas di sudut bibirnya.
“Cepatlah mandi dan berangkat sekolah!” tukas Geum Gi.
“Hah?” Laki-laki itu tidak mengerti.
“Aku sadar kalau aku harus segera olahraga sebelum menyesal.” Gadis itu mengedipkan sebelah matanya. Begitu yakin dengan tekadnya hari ini.

&&&&       
    
“Kenapa...” Gadis itu menghirup nafas lagi, “kenapa aku begitu tersiksa melakukan ini?”
“Geum Gi-ya!” Namjoon melambai dari kejauhan. Lagi-lagi anak itu berlari mendahuluinya.”kau harus bersungguh-sungguh. Kalau tidak, impianmu tidak akan tercapai!”
“Iya, aku tahu!” Gadis itu balas berteriak. Dia membenarkan langkah kakinya dan kembali mengumpulkan tenaga. Dieratkan tas ransel di punggungya. Memilih berjalan kaki untuk berangkat sekolah adalah awal yang bagus untuk diet. Geum Gi kembali berlari. Meskipun nafasnya tersenggal-senggal dan keringat banyak mengalir dari dahinya, setidaknya sebentar lagi dia dapat menyusul Namjoon yang jongging di depan tidak jauh darinya.
“Joon!” Gadis itu memanggildan berhenti ketika sampai di tengah perempatan jalan, ketika Namjoon menoleh kebelakang. Hal yang tak terduga terjadi.
BRUAK! GABRUK!
“Geum Gi-ya!” Namjoon berlari dengan kelabakan menghampiri gadis yang sudah jatuh terduduk dengan siku yang menyangga punggungnya agar tidak benar-benar menyentuh tanah.
Sepeda motor dengan pengemudi yang memakai helm itu terlihat panik, dia dan motornya juga jatuh. Pengemudi itu berlari kearah motornya yang terkapar dan mengendarainya kembali dengan ugal-ugalan. Ini adalah peristiwa tabrak lari yang tidak terduga.
“Geum Gi-ya, kau tidak apa-apa?” Namjoon terlihat khawatir. Gadis itu meringis kesakitan. Namjoon menoleh pada sepeda motor dan pengendara yang sudah semakin jauh menghilang di gang.
“Pengendara amatir.” gumam Namjoon lalu kembali beralih pada Geum Gi.

&&&&

            “Namjoon-ah.” panggil gadis itu, “kau tidak apa-apa?” Gadis itu sekarang bertanya.
Tanpa menoleh, Namjoon menjawab pertanyaan gadis itu dengan pertanyaan balik. “kenapa bertanya? harusnya aku yang bertanya begitu.”
“Aku baik-baik saja. Sikuku cuma lecet. Tapi, kau....” Geum Gi sulit melanjutkan kalimatnya, “kau tidak perlu sampai menggendongku. Aku kan berat.”
Namjoon membelalakkan mata, “siapa bilang kau berat? Badanmu itu tidak terlalu gendut. Olahraga sedikit-sedikit dengan teratur akan membuatmu kurus kembali.” celoteh Namjoon begitu saja. Mulutnya reflek mengatakan kalimat tadi.
“Selama ini kau bilang kalau aku gendut? Jadi, sebenarnya aku tidak terlalu gendut?” kata Geum Gi dengan antusias. Entah kenapa cuping telinga Namjoon memerah, laki-laki itu dengan cepat menolehkan wajahnya kembali ke depan.
“Kau jangan senang dulu. Olahragalah dengan baik mulai dari sekarang!”
“Baik!” seru Geum Gi dengan bersemangat. Mengeratkan tangannyayang melingkartanpa sadar di pundak Namjoon. Laki-laki itu terkejut.
“Kau mencekikku!”
&&&&

            “Apa yang akan kita beli hari ini? Ice Cream? Popcorn? Hamburger? Kau mau apa?” Namjoon melihat-lihat barisan kafe, gerobak dorong yang menyediakan makanan ringan, dan mobil penjual es krim.
“Tidak, terima kasih.”
Namjoon menoleh seketika. Keajaiban apa ini? Biasanya setiap pulang sekolah, gadis ini selalu minta dibelikan makanan yang manis-manis.
“Kau yakin?”
Geum Gi mengangguk, “aku tidak mau semua itu.”
Namjoon menelan ludah. Dia menyimpan kembali dompetnya. Padahal dia ingin makan jagung manis, tapi dia mengurungkan keinginannya karena Geum Gi yang sepertinya benar-benar bersungguh-sungguh untuk diet.
“Aku sekarang akan berusaha dengan sekuat tenagaku. Aku tidak hanya akan jadi langsing, tapi juga akan jadi cantik! Semua laki-laki akan mengemis cinta padaku!” ujar Geum Gi dengan percaya dirinya. Gadis itu tertawa seperti bajak laut.
“Apanya yang cantik? Kau ini perempuan tomboy yang minus 100% bisa jadi feminin!”
“Apa kau bilang? Lihat saja nanti!” Geum Gi menendang kaki Namjoon.
“Kau itu sudah cantik, kau juga punya inner beauty yang kuat!” kata Namjoon sambil mengepalkan tangannya, menganggambarkan kata ‘kuat’.
“Aku cantik?” Geum Gi menatap Namjoon tidak percaya.
Tiba-tiba Namjoon diam, lalu dalam hati merutuki mulutnya yang bicara dengan lancarnya tanpa berpikir. Akhir-akhir ini pikiran dan mulutnya sering tidak sinkron satu sama lain.
“Bu-bukan aku yang bilang! Temanku, temanku yang bilang begitu.”
“Temanmu?” Geum Gi tertawa-tawa sendiri, “temanmu itu pasti orang yang luar biasa, seperti apa dia? Bagaimana wajahnya?”
Namjoon menghela nafas panjang lalu tersenyum percaya diri yang memperlihatkan lesung pipitnya. “yang jelas, dia sangat keren. Juga sangat tampan. Pintar membuat lagu, juga nge-rapp. Dia sangat menyukaimu, kau tahu?”
“Yoongi-Oppa?”
“Apa? Kenapa bisa dia?” Namjoon melebarkan matanya ketika Geum Gi menyebutkan nama senior yang juga satu anggota seni musik yang sama dengannya. Apa hubungannya dengan senior yang suka se’enaknya dan acuh itu?
“Kau bilang dia orang yang keren, pintar membuat lagu, pintar nge-rapp. Itu pasti Yoongi-oppa kan?” lihatlah wajah polosnya. Apa-apa’an dengan tebakannyayang 180ºmelenceng itu?
“Yak! Bukan dia, tapi ak-“
“Ak?Ak? Siapa?” Gadis itu terus bertanya dan mendekat padanya.
Cuping telinga Namjoon kembali memerah, bola matanya ke kanan dan ke kiri mencoba mencari jawaban lain. “Bodoh! Itu Ahjussi yang tinggal di rumah sebelah!” Laki-laki itu mendorong dahi Geum Gi dengan telunjuknya lalu memasang wajah datar. Namjoon menyaku kedua tangannya dan berjalan mendahului begitu saja.
“Ahjussi? Namjoon-ah! Kau mempermainkanku hah?!”

&&&&

“Namjoon-ah!” seru Geum Gi dengan suara yang kelewat keras tepat di telinga Namjoon. Laki-laki itu begitu terkejut dan kelabakan menyembunyikan secarik kertas yang sedang di tulisnya. Geum Gi hapal betul kalau Namjoon suka menulis di tangga gudang bawah tanah rumah Namjoon sendiri. Jadi, kalau laki-laki itu menghilang, dia pasti ada di sana.
“Aish! Kau bisa membuatku mati muda, kau tahu!” pekik Namjoon tidak habis pikir. Laki-laki itu mengusap telinganya. Gendang telinganya serasa mau jebol.
“Apa yang kau tulis?” Geum Gi berusaha mengambil kertas yang disembunyikan Namjoon. Gadis itu berhasil melihat kertas yang tidak berhasil disenyembunyikan dengan baik oleh Namjoon. Ujung kertasnya terlihat diantara halaman buku. Namjoon mencoba menghindarkan kertasnya dari tangan Geum Gi.
“Surat cinta? Kau menulis surat cinta? Untuk siapa?” tanya Geum Gi dengan tidak sabaran, mata gadis itu membulat.
“Siapa bilang ini surat cinta? Ini lirik lagu, lirik lagu!”
“Lirik lagu? Kalau itu lirik lagu, kenapa kau menyembunyikannya dariku?” tanya Geum Gi lagi.
“Berhentilah bertanya! Kau itu sama sekali tidak tahu soal lagu! Yang kau itu makanan!” Namjoon berdiri dan menaiki tangga. Geum Gi memiring kan kepalanya tidak habis pikir.

            Namjoon memasukkan kertas dan bukunya ke laci meja belajar di kamarnya lalu menguncinya. Hampir saja gadis itu tahu. Kalau saja dia itu tahu, mungkin Namjoon tidak akan berani menampakkan wajahnya lagi pada sahabatnya itu. Padahal dia tidak bisa barang sehari saja tidak mencubit pipi gadis itu.
“Yaish! Ini membuatku gila!”
Pagi-pagi buta, pintu kamarnya sudah mengeluarkan suara yang memekakkan telinga. Suara teriakan samar-samar terdengar dari balik pintu. Bukan suara ibunya. Bukan juga suara adik perempuannya.
“Siapa?” Namjoon menggaruk kepala lalu menguap lebar-lebar sambil membuka pintu kamar.
“Se-La-Mat Pa-Gi!” Gadis berkulit pucat itu sudah berdiri di depan pintu kamarnya dengan senyum manis. Rambut gadis itu yang biasanya di biarkan tergerai, kini diikat ekor kuda. Dia juga sudah memakai baju dan celana panjang training serta sepatu kets hijau. Sontak Namjoon langsung menutup mulutnya yang menguap kelewat lebar itu.
“Apa mau mu?”
“Jangan dingin begitu! Ayo kita olah raga! Kajja!” Geum Gi melemparkan handuk yang di dalamnya sudah ada pakaian yang di siapkan ibu Namjoon dan Geum Gi sendiri. Niatnya agar tidak buang-buang waktu.
“Apa ini?” Namjoon mengintip sedikit isi gumpalan handuk itu. Dia melotot. “Oh God! Ini juga ada celana dal-“ tapi Geum Gi sudah mendorong Namjoon agar cepat-cepat mandi.
“Sudah, sudah, kau akan menyukai pakaian yang kupilihkan. Jadi tenang saja!” Geum Gi memainkan alisnya. Namjoon menggigit gigi-giginya sendiri sambil tetap melotot horor dan menutup pintu kamarnya hingga muncul bunyi berdebam. Dari dalam kamar Namjoon, terdengar laki-laki itu berteriak merutuki Geum Gi. Dia pasti sudah membuka isi handuk itu.
“Apa ini semua?! Geum Gi, Micheo seo!”

&&&&

             “Jangan cemberut begitu!” Geum Gi menyenggol lengan Namjoon yang sedang berlari di sebelahnya. Harusnya sekarang di hari Minggu dia bisa tidur sampai siang dan bukannya bersusah-susah membuang keringat hanya untuk menemani gadis ini berolah raga.
“Aku tahu yang kau pikirkan. Kau bisa mati kalau tidur terus! Lebih baik berolahraga kan?”
“Kau peramal, huh?” Namjoon tersenyum kecut. Dia menaikkan headband di kepalanya. Lari pagi memang luar biasa. Hari Minggu banyak orang yang menyempatkan diri hanya untuk sekedar berlari pagi.
            “Kita istirahat  sebentar!” Seru Geum Gi dengan nafas sesak. Gadis itu menghampiri bangku terdekat di bawah pohon di taman itu.
“Ini baru 25 menit, kau sudah menyerah?” kata Namjoon yang berdiri di depan Geum Gi dan sedang belari-lari kecil di tempat.
“Aku sedang mengumpulkan tenaga, bukan menyerah!” Geum Gi mengancam akan melempar kepala laki-laki itu dengan botol berisi air mineral yang dibelinya tadi di jalan.
“Mianhae.” kata Namjoon dengan senyum sok manis.
Geum Gi menyodorkan botol itu dengan maksut agar Namjoon membukakan tutup botolnya. Tangannya terlalu lemah hanya untuk membuka botol air yang masih tersegel. Namjoon mendengus, tapi pada akhirnya tetap membukakannya juga.
“Kau ini, membuka tutup saja masih harus kubukakan.” oceh Namjoon sambil membuka tutup yang lumayan susah untuk dibuka. “omo, kenapa ini? Susah sekali. Kenapa tutupnya keras sekali? Macet?”
“Susah kan?” tanya Geum Gi membalas ejekan Namjoon padanya. “Apakah murid terpandai di kelas dengan IQ di atas rata-rata bahkan tidak bisa membukanya?”
“Terus saja kau begitu!” ketus Namjoon.
Crek! Tutup berhasil dibuka! Tapi sialnya....
“NAMJOON-AH! Buka tutup yang benar! Airnya muncrat kemana-mana!”
“Aigooo!!! Aku terlalu keras membukanya!” Namjoon menjauhkan botol air mineral dari badannya.
Tadi benar-benar kejadian yang luar biasa. Karena Namjoon tanpa sadar meremas botol air mineral ketika berusaha membuka tutup botol yang keras, sehingga air di dalam botol menyembur keluar saat tutup berhasil terbuka. Jadilah semburan air mancur dari botol tersebut. Namjoon memang ceroboh. (Namanya juga the God of Destruction -__-“)
“Airnya jadi setengah kosong.” Geum Gi menatap botol air mineral yang dipegang Namjoon dengan nanar. Isi airnya hampir habis dan terbuang percuma.
“Yah, aku basah.” Namjoon menoleh pada pakaian atasannya yang basah. Laki-laki itu membuang botol itu ke tempat sampah di samping bangku yang diduduki Geum Gi. Namjoon duduk di samping gadis itu dan melepas atasan lengan panjangnya.
“A-apa yang kau lakukan? Kenapa kau melepas pakaianmu di depanku?” Geum Gi mengalihkan pandangannya ketika Namjoon membuka bajunya.
“Kenapa? Pakaianku basah.”
“Tapi tidak seharusnya kau melakukan itu, kita bisa pulang dan mengganti pakaianmu.” Geum Gi tidak berani menoleh.
“Maksutmu apa? Pakaianku masih pakai kering. Kenapa harus pulang?”
Geum Gi memberanikan menoleh pada Namjoon. Tiba-tiba ekspresinya jadi datar.
“Wae? Kau pikir aku akan mempermalukan diriku dengan melepas pakaianku?” Namjoon menaikkan sebelah alisnya. Gadis ini aneh sekali. Sebelum Namjoon berangkat, dia sudah merangkap pakaiannya dengan kaos.
“Tunggu di sini. Akan kubelikan air.” Namjoon pergi begitu saja untuk membeli air dan meninggalkan Geum Gi sendirian. Gadis itu memperhatikan pakaian Namjoon, melipat pakaian milik sahabatnya bukan masalah kan?
“Aish, bau keringat.” Geum Gi memicingkan matanya. Meskipun begitu, pakaian Namjoon masih terdapat aroma parfum, entah kenapa dia suka sekali bau aroma parfum yang dipakai laki-laki ini. Dia menemukan sesuatu di saku pakaian Namjoon. Sebuah surat? Mungkinkah ini surat cinta yang ditulis Namjoon kemarin? Dia bertanya-tanya untuk siapa. Tanpa permisi dia membuka amplop surat berwarna biru itu, disudut-sudutnya sedikit basah terkena keringat Namjoon.
“Jorok sekali, inikah yang namanya surat cinta? Perempuan yang kau sukai akan langsung menolakmu.” Geum Gi membaca surat itu dengan penasaran namun juga hati-hati karena takut ketahuan Namjoon. Laki-laki itu bisa mengamuk. Mata gadis itu melebar. Tanpa sadar dia menahan napas ketika membaca surat itu. Makin lama, jantungnya berdetak tidak beraturan.

Dear You....
Aku tidak tahu harus mulai dari mana untul menulis ini, yang jelas
aku tidak pandai menulis surat.
Karena menulis surat dan menulis lagu sangat berbeda.
Kau tahu, setiap hari suaramu juga tingkahmu selalu membuatku ingin marah.
Tapi sejujurnya aku tidak bisa marah.
Aku bahkan menunggumu untuk mengangguku. Dan satu lagi.
Kau tidak perlu bersusah payah untuk jadi cantik.
Kau juga tidak perlu menyakiti dirimu sendiri untuk jadi langsing.
Karena menurutku kau sudah sangat cantik.
Aku tidak masalah dengan berat badanmu. Kau ingat,
saat aku menggendongmu?
Aku bahkan tidak merasakan apapun, karena aku terlalu gugup.
Aku terlalu senang menjadi seseorang yang dapat kau andalkan.
Maka dari itu Geum Gi-ya, jadilah dirimu sendiri.
Karena aku menyukaimu yang apa adanya.
~Kim Namjoon, si Tangan Perusak.~
           
“Geum Gi-ya, air mineral datang!”
‘Karena aku menyukaimu apa adanya’. Geum Gi menoleh pada Namjoon dengan tatapan kosong. Kalimat terakhir dalam surat itu terngiang di kepalanya.
“Geum Gi-ya....” Namjoon menatap Geum Gi dengan tidak mengerti. Gadis itu menatapnya dengan tatapan kosong, gadis itu juga tampak sedang membaca sebuah surat. Tunggu, surat? Surat itu. Oh Tidak!
Namjoon mendekat, dia gelagapan dan tiba-tiba menjadi bingung sendiri. Laki-laki itu menaruh air yang dibelinya di bangku dengan tidak perduli, karena harus ada yang lebih diperdulikan sekarang. Namjoon berjongkok di hadapan Geum Gi, tangannya menggenggam tangan Geum Gi dengan bergetar dan dengan wajah ketakutan. Tapi Geum Gi tetap menatapnya dengan tatapan kosong, seolah menyimpan berbagai pertanyaan.
“Geum Gi-ya, aku bisa jelaskan. Ini mungkin terlambat karena kau sudah membacanya. Aku tidak tahu harus melakukan apa lagi. Aku bisa gila karena terus menyimpan semuanya. Tapi aku juga tidak mau persahabatan kita berakhir dan kau jadi menjahuiku hanya karena aku menulis surat ini untukmu. Tapi aku, aku sama sekali....”
“Namjoon-ah....” suara pelan Geum Gi lansung menghentikan rentetan kalimat yang Namjoon ucapkan. Laki-laki itu masih menatapnya dengan khawatir.
“Namjoon-ah, gomawo....”
“Apa?”
“Jeongmal gomawo eoh!” Geum Gi langsung membuka tangannya dan memeluk laki-laki yang sama sekali tidak tahu dengan apa yang terjadi pada Geum Gi.
“Geum Gi-ya, gwenchana?” Namjoon menepuk-nepuk punggung Geum Gi yang naik turun. Gadis ini menangis. Karena Geum Gi yang memeluknya dengan tiba-tiba, Namjoon yang berjongkok di hadapan Geum Gi tidak mampu menahan keseimbangan dan membuat mereka sama-sama terjatuh di rerumputan taman. Geum Gi terus menangis dan menyembunyikan wajahnya di dada Namjoon.
“Aku benar-benar terharu dan juga sangat senang hingga aku menangis.” kata Geum Gi dengan tidak jelas karena terisak. Namjoon justru tertawa.  Geum Gi sangat lucu meskipun menangis dan juga suaranya yang aneh karena sesenggukan.
“Aku mengerti.” Namjoon tersenyum dan mengusap rambut Geum Gi dengan gemas.

&&&&

            “Apa yang terjadi dengan kalian? Kalian rukun sekali.” Adik perempuan Namjoon menimpali ketika Geum Gi dan Namjoon baru saja sampai di rumah. Geum Gi dengan wajah yang memerah dan mata sembab karena sehabis menangis dan Namjoon dengan rambut yang berantakan dengan beberapa rumput tersangkut dirambutnya karena jatuh tadi.
“Tidak ada yang terjadi dengan kami.” Namjoon berjalan menuju lemari es, sedangkan Geum Gi pergi dan duduk di samping adik perempuan Namjoon di ruang makan.
“Apakah setiap hari mereka pulang dengan bergandengan tangan?” gumam adik perempuan Kim Namjoon yang bertanya-tanya pada diri sendiri. 

~FIN~

Terima kasih buat yang udah baca. Gomawo! #SalambarengRapmon. Coment ya....


2 komentar:

  1. Hai yoon sha si. Good job! Mending kamu buatnya di kasih bold, kata cetak miring, agar lebih errrhhh.
    Bye

    BalasHapus